Masa Depan Touchten dan Industri Game di Indonesia, Sebuah Kisah Tentang Karma dan Mendirikan Startup

shares

Sebagai salah satu dari media teknologi yang paling berkembang, tentunya video gamejuga kebagian jatah di panggung utama acara Tech in Asia Jakarta 2015. Mewakili industri ini, hadir Anton Soeharyo dari Touchten Games sebagai pembicara dengan Tim Wee dari IndieGames.com.
Di kesempatan ini, Anton menceritakan tentang sejarah berdirinya Touchten yang dimulai pada tahun 2009, bersama dengan adiknya, Rokimas Soeharyo sebagai COO, dan sepupunya, Dede Indrapurna sebagai CTO.

Uang Saku yang Menjadi “Seed Funding

Touchten dimulai dari uang saku sebesar $1.000 yang tiba-tiba diberikan kepada Anton dan Roki dari ayah mereka. Bukannya menggunakan uang saku ini untuk berfoya-foya dan menyesalinya beberapa minggu kemudian, adik-kakak ini malah menggunakannya untuk membeli MacBook, mengajak sepupu mereka untuk bergabung, dan mulai mengembangkan sebuah game berjudul Sushi Chain untuk iOS.
Dalam satu tahun, Sushi Chain sukses mencapai angka 1,2 juta download.  Kesuksesan inilah yang menjadi pemicu dari Anton, Roki, dan Dede untuk mulai serius mengembangkan Touchten sampai menjadi sebesar sekarang.
Tentunya bisa membuat game pertama yang begitu sukses bukan berasal dari keberuntungan semata. Untuk mewujudkan sebuah game yang sukses dengan bujet marketing yang amat sangat minim, Anton menggunakan trik pemanfaatan keyworddalam mencari konten di App Store, sesuatu yang menurutnya sangat terbantu berkat aplikasi-aplikasi seperti Search Man atau SensorTower.

Karma Selalu Bekerja

Kini, enam tahun setelah berdiri, Touchten telah menjadi salah satu developer gameterbesar di Indonesia. Tidak hanya mengerjakan game sendiri, mereka bahkan bekerja sama juga dengan salah satu situs komedi terbesar di dunia, 9GAG.
Saat ditanya bagaimana Touchten bisa membangun kerja sama dengan 9GAG, Anton menjawabnya dengan nuansa penuh komedi. Semua dimulai ketika Ray Chan, founderdari 9GAG, berkunjung ke Indonesia untuk menjadi pembicara di sebuah acara yang kebetulan juga mengundang Anton sebagai pembicara lainnya. Ketika hendak mencari taksi untuk pulang ke hotelnya, Anton tanpa ragu langsung menawarkan Ray Chan untuk ikut naik ke mobilnya.
Di perjalanan pulang itulah keduanya mulai saling mengenal lebih dekat, sampai membawa mereka ke pertemanan di Facebook. “Selama kurang lebih enam bulan kami menjalin pertemanan di Facebook, yah sebatas saling like untuk pos masing-masing,” canda Anton.
Baru setelah itu Ray Chan sendiri yang menawarkan Anton untuk bekerja sama membuat game. Semuanya berjalan otomatis dengan sendirinya, dan dimulai hanya dari sebuah aktivitas memberikan tebengan biasa.
Pendanaan yang baru mereka peroleh dari GREE awal tahun ini pun terwujud dari sesuatu yang tidak terduga. Semuanya dimulai dari sebuah ajakan seorang entrepreneur asal Jepang untuk bertemu karena dia mau belajar banyak dari Touchten yang waktu itu baru memperoleh pendanaan dari CyberAgent Ventures. Obrolan singkat itu berlanjut ke pertemanan di Facebook yang kemudian membawa sang entrepreneur berkunjung ke kantor Touchten setahun setelah pertemuan awal mereka.
Dari orang inilah Anton dikenalkan dengan orang lain yang kemudian mengenalkannya kepada orang-orang dari GREE. Ketika mengobrol melalui Skype dengan perwakilan dari GREE, Anton tidak langsung menyerbu mereka dengan request untuk pendanaan, semuanya dia lakukan dengan natural, dan ketika betul-betul ditanya tentang apa yang bisa GREE bantu, barulah Anton menyebutkan bahwa mereka tengah mencari pendanaan.
Lagi-lagi semuanya dimulai dari aktivitas acak dengan niat baik. Seandainya Anton tidak pernah berminat untuk menerima ajakan untuk bertemu dan berbagi tentang pengalamannya, tentunya saat ini Touchten belum memiliki koneksi dengan GREE sama sekali. Sesuatu tindakan yang kita lakukan sekarang, bisa saja memiliki dampak begitu besar di kemudian hari.

Masa Depan Indonesia

Sebagai penutup, Tim Wee menanyakan apa gambaran Touchten mengenai dunia gamedi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Anton, ada kemungkinan besar dalam dua tahun ke depan Indonesia akan merasakan booming game mobile sukses seperti yang dialami Cina di tahun 2012.
Dunia game Indonesia yang tadinya dikuasai oleh game dengan jumlah download besar namun pemasukan kecil akan mulai disisihkan dengan sebuah game yang bisa memperoleh keuntungan sebesar satu juta dolar tiap bulannya dan membawa perubahan di industri game mobile lokal. Hal ini dialami Cina tiga tahun lalu, terjadi di Thailand setahun yang lalu, dan tidak menutup kemungkinan bisa segera terjadi juga di Indonesia.
Anton juga berpendapat bahwa VR akan menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar gimmick saja. VR bisa menjadi the next big thing, meskipun platform ini akan sedikit terhambat oleh tembok tinggi yaitu hardware spesifik yang harus dimiliki penggunanya.
Apakah prediksi Anton mengenai VR ini merupakan pesan tersirat tentang apa yang akan Touchten lakukan ke depannya? Untuk itu hanya Anton dan timnya yang tahu. Yang pasti, melihat bagaimana pengalaman yang telah dia lalui sejauh ini, Anton jelas tidak akan mengubah sifat humble yang telah membawa Touchten ke posisinya sekarang.

Artikel ini merupakan bagian dari liputan Tech Asia Jakarta 2015 yang berlangsung pada tanggal 11 dan 12 November. Ikuti seluruh liputannya di sini.
sumber;https://id.techinasia.com/masa-depan-touchten-dan-industri-game-di-indonesia

Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar